body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

Sunday 15 March 2015

Mencipta Sekolah Impian

Kebanyakan sekolah TK dan Pendidikan anak usia dini (PAUD) di daerah saya (terutama) belum memenuhi standar kebutuhan anak. Setelah saya tahu diwaktu dewasa saya, saya jadi ingat masa kecil saya yang hanya sekolah di TK umum dan tidak tahu standar kwalitasnya seperti apa, yang penting sekolah. Tapi sekarang setelah saya mempunyai anak, saya jadi berfikir mau saya masukkan ke sekolah mana yang memenuhi kriteria sekolah terbaik untuk anak saya? Berawal dari pemikiran ini, saya jadi ingin mendirikan PAUD dan TK sendiri yang saya sesuaikan dengan pengetahuan saya yang sejak lama berkecimpung dalam dunia anak ABK. Karena saya seorang okupasi terapis.

Kurikulum akan saya bikin sendiri sesuai fantasi yang ada dalam benak pikir saya. Ingin saya ciptakan sekolah impian yang berasaskan Islam dan tanpa ketinggalan pula mengoptimalkan kemampuan akademik dan yang lainnya. Berikut akan saya sampaikan tentang sekolah impian yang akan saya wujudkan.

Kurikulum 

Kurikulum akan saya sesuaikan dengan Alqur'an dan sunnah. Setiap pelajaran yang saya ajarkan akan saya ambil dari Alqur'an dan sunnah. Kemudian ayat itu akan saya visualisasikan dalam bentuk gambar yang di dalamnya tercantum dalil tentang tema yang saya ambil tersebut lalu dihafalkan secara perlahan dan diulang-ulang. Mekanismenya, begitu anak datang kita senangkan dulu dengan adanya gambar yang ingin kita sampaikan (pesan yang ingin kita sampaikan). Misalnya kita ingin mengajarkan anak untuk berbuat baik pada orang tua yang termaktub dalam Alqur'an surat Al-isro' ayat 23 maka bisa kita sodorkan gambar seorang anak yang mencium tangan orang tuanya, atau bentuk perbuatan baik terhadap orang tua tergantung keahlian Anda dalam menggambar. Setelah mereka mewarnai gambar tersebut lalu kita minta untuk dihafalkan ayat yang tercantum didalamnya dan sambil dipraktikan. Setelah itu di simulasikan dengan bermain peran (role play). Sehingga anak akan hafal dan melekat dalam benaknya. Dengan begitu kita lebih mudah menanamkan akhlaq qur'an kepada anak. 

Selanjutnya pada inti 2 kita akan membuat sebuah karya (art) atau bisa juga memperkenalkan musik agar keseimbangan otaknya terjaga dengan baik. ketrampilan / karya yang akan dibuat bisa disesuaikan dengan tema hari itu. Hal ini saya kira cukup mudah bagi para Bunda yang biasa berkecimpung dalam dunia anak. Boleh dengan membuat origami, atau membuat mozaik, dsb. Mungkin memang perlu diketahui oleh para Bunda bahwa komponen dasar yang dibutuhkan anak perlu diketahui sehingga bisa dikembangkan atau dirangsang agar bisa tumbuh secara optimal. Beberapa komponen yang perlu diketahui diantaranya : Kemampuan motorik kasar dan halus. Jika saya membuat sekolah, maka komponen dasar ini akan saya ikut sertakan terus untuk melatih dan mengembangkannya agar tumbuh kembang anak optimal. Apakah Bunda tahu apakah komponen motorik kasar itu? yup! seperti merangkak, berguling, berlutut, jalan jinjit, lompat, loncat, berlari, bermain halang rintang, memanjat, dsb. Ini harus dimatangkan kemampuan dasar anak. Nah, disekolah Bunda hendaknya juga ada fasilitas yang digunakan untuk pengembangan komponen dasar ini. Ada matras atau ruang khusus untuk menggembleng kemampuan motorik kasarnya, dan tentunya di desain se nyaman dan se aman mungkin bagi anak.

Untuk motorik halus, seperti manipulasi benda pakai tangan, kemampuan jari-jari dalam melakukan fungsinya, seperti mengambil, memegang, meraih, melepas, melempar, memanipulasi benda kecil, memegang pensil dengan benar dsb. Jika terdapat anak yang mengalami masalah dalam menulis atau mewarnai (kesulitan menggunakan pencil), maka perlu diwaspadai akan indikasi kelemahan otot atau gangguan sensori lainnya. Hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor. Perlu dilihat riwayat dan kondisi anak / keluarganya. Maka pihak sekolah pun harus cermat terhadap masing-masing anak jika terlihat mengalami hambatan / kendala yang memperlambat proses belajar di sekolah.
Selanjutnya, komponen Body - space, yaitu mengenal gerak tubuhnya. Apakah anak bisa meletakkan tangannya ke atas kepala, ke bawah sampai kaki, ke saping, kebelakang dsb. dan apakah cara dia melakukan juga terdapat gerakan kompensasi atau tidak, ini seorang guru musti lah cermat juga. Harus diajarkan hingga anak bisa melakukan secara benar. Setelah komponen Body space selanjutnya Body image. Jika masih sekolah PAUD atau TK A maka hal yang pertama kali diajarkan adalah mengenal tubuhnya sendiri. Guru harus memastikan bahwa anak didiknya mengetahui semua anggota badannya secara benar berikut fungsinya. Jangan memberikan pelajaran yang muluk-muluk dulu seperti membaca atau menulis. Matangkan kemampuan dasarnya dulu hingga anak siap untuk mendapatkan pelajaran selanjutnya.

Komponen dasar selanjutnya adalah Perceptual Contancy. Kemampuan dasar ini adalah kemampuan untuk membedakan ukuran, bentuk, warna, dan angka. Jadi alangkah lebih pas nya jika pada awal masa sekolah ia diajarkan hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya terlebih dahulu. Nanti seiring dengan usianya yang terus bertambah komponen dasarnya juga akan berkembang. Hanya sebatas itu saja namun lebih ditingkatkan derajat kesulitannya. Maih ada komponen dasar lainnya Bunda, seperti part whole perception, visual discrimination, dan lain sebagainya. 

Yang ingin saya tekankan adalah bahwa kurikulum yang baik menurut saya yang mencakup semua komponen itu, baik akidah - akhlaq, kemaampuan kognitif, motorik halus dan kasar, sosialisi, dan lain sebagainya. Terutama menanamkan akidah dan akhlaq yang baik pada anak tanpa melupakan dunianya, dunia bermian. karena itu produktivitas penting bagi setiap anak.

Oke Bunda, sekian dulu uraian singkat dari saya mengenai gambaran kurikulum PAUD dan TK yang seharusnya. Bagaimana? merasa tentantang untuk membuatnya? boleh kontak saya atau tinggalkan komen dibawah ini. Salam sukses dari saya untuk kita dan yang mau berusaha.

baca juga : Menyiapkan generasi selanjutnya

No comments:

Post a Comment