body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

Sunday 15 March 2015

Sikap apa yang musti kita tunjukkan?


Setiap orang mempunyai pengalaman dalam berbagai macam kondisi. Saat ia tertekan, saat ia disakiti, saat ia merasa senang, sedih, cemas dan banyak perasaan emosi lain yang pernah ia alami. Namun semua itu tidak akan menetap dalam diri seseorang, selalu dan selalu ada perubahan. Yang menjadi masalah jika peristiwa yang membuatnya saat itu merasa kurang nyaman selalu diingatnya sehingga membekas dalam diri dan otaknya lalu dia merespon kurang bagus dengan seseorang yang ia anggap menjadi penyebab terjadinya perasaan tidak nyaman itu terjadi, saat itu lah dia menurunkan derajat manusianya. Ia mulai menurutkan nafsu dalam dirinya. Inilah yang disebut perasaan dendam dan berkeinginan untuk membalas dengan perasaan yang sama terhadap seseorang yang membikin ia sakit waktu itu.


Dalam ajaran Islam, kita diharuskan untuk meniru sifat Rasulullah, bagi yang mencintai beliau.  Karena dengan meniru dan meneladani sifat beliau manusia akan menuju pada kesempurnaan ciptaan Tuhan. Bukan berarti proses yang beliau jalani menyenangkan untuk menjadi manusia sempurna, tapi justru proses itu banyak kesusahan, banyak tempaan yang musti ia jalani. Rasulullah adalah seorang nabi, utusan Allah. Seorang yang istimewa, namun apakah Allah memanjakannya? Apakah Allah tidak memberi kesusahan baginya? Apakah Allah selalu membuatnya hidup nyaman? Tidak. Malah justru sebaliknya, Allah  memberikannya kehidupan sederhana, tidur dengan beralaskan tikar, makananpun belum tentu hari itu ada yang dimakan, banyak orang yang memusuhinya diawal dakwah, semua kejadian berat manusia ia alami, termasuk kehilangan istri, anak dan sebagainya. Semua sifat kepedihan yang ada di dunia ini ia alami semua. Sehingga beliau bisa merasakan penderitaan umat saat ia berada di bawah dalam kehidupan dunianya.

Itulah suri teladan yang diutus Allah ke bumi ini untuk mengajarkan kepada manusia bahwa dalam menjalani  hidup itu harus seperti itu.  Namun kelak Allah akan membalasnya dengan syurga.  Sudah suatu sifat manusia yang suka berkeluh kesah, banyak yang tidak tahan dengan ujian penderitaan dunia yang ia hadapi. Sehingga banyak yang membelok dan berbalik arah menuju jalan instan. Inilah jalan menuju ke neraka yang digambarkan Allah dalam sebuah firman Nya.

Silakan Allah mau memberi kita apa, sebagaimana yang Dia kehendaki asal kita masih berada pada jalanNya, yakni jalan yang dilalui Nabi beserta sahabatnya maka tentu kita akan lolos dari neraka. Salah satunya adalah, saat seseorang membenci kita atau tidak menyukai kita karena suatu hal tanpa penyebab yang jelas, atau tanpa memberitahu kita sebelumnya sehingga tahu-tahu kita didiamkan begitu saja, lalu apa yang kita lakukan? Apakah membalasnya dengan sikap yang sama ataukah tidak terlalu memikirkannya? Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah bukanlah bukanlah orang yang keji dan tidak suka berkata keji. Beliau tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya beliau lebih suka memaafkan dan merelakan. Ini suatu sikap yang tidak bisa dilakukan seseorang secara instan, perlu proses untuk bisa bersikap seperti itu. Proses belajar, memahami dan merenungkan lalu disikapi dalam kehidupan sehari-hari.  Jangan meniru selain Nabi, salah-salah bisa taklit. Harus nabi Muhammad jangan yang lain, ini adalah penanaman tauhid yang harus dihujamkan kepada generasi kita selanjutnya. Jika kita lihat dengan kondisi kita saat ini mungkin kita menganggap bahwa itu mudah dan kita bisa melakukannya, tapi dalam kondisi saat menahan emosi dan kalap, maka itu hanya sebatas teori yang jika kita diingatkan seseorang saat itu malah akan membenci orang yang mengingatkan, itu sifat saya. Saya akui. Ini butuh proses, sekali lagi ini butuh proses dan banyak perenungan.

Sedetik demi sedetik, kita berusaha mencontoh Rasulullah. Dengan banyak berdzikir, berusaha untuk meneladani sikap-sikap beliau dengan sungguh-sungguh, ini akan membantu kita dalam mencapai manusia sempurna seperti beliau. Maafkan dan relakan. Bisa?? Biarlah aku menjadi seperti Rasulullah, dimana beliau sangat dermawan bahkan saking dermawan bagaikan angin yang berhembus. Nyah nyoh, itu kata orang jawa. Apakah kita tidak suka dengan orang semacam itu? Beliau tidak suka menyakiti orang dengan perkataannya, suka memaafkan dan suka merelakan, suka memberi, pokoknya segala sikap yang diinginkan manusia ada pada Beliau sehingga membuat orang merasa senang dan nyaman ada didekatnya. Sungguh indah pribadi Rasulullah, mampukan kita meneladaninya? Dengan segala kepedihan kepahitan yang diderita Rasulullah, apakah kita mampu melalui semua itu dan berhasil mencapai derajat taqwa dan sebaik-baik manusia? Tentu ini dibutuhkan semangat yang tinggi untuk mencapai ke arah sana.

Sudah terjawab kan pernyataan saya di paragraf satu tersebut?? Yup. Teladani Rasulullah dalam hal apapun.

baca juga : Perbedaan antara tua dan muda

No comments:

Post a Comment