Setiap
orang mempunyai pengalaman dalam berbagai macam kondisi. Saat ia tertekan, saat
ia disakiti, saat ia merasa senang, sedih, cemas dan banyak perasaan emosi lain
yang pernah ia alami. Namun semua itu tidak akan menetap dalam diri seseorang,
selalu dan selalu ada perubahan. Yang menjadi masalah jika peristiwa yang
membuatnya saat itu merasa kurang nyaman selalu diingatnya sehingga membekas
dalam diri dan otaknya lalu dia merespon kurang bagus dengan seseorang yang ia
anggap menjadi penyebab terjadinya perasaan tidak nyaman itu terjadi, saat itu
lah dia menurunkan derajat manusianya. Ia mulai menurutkan nafsu dalam dirinya.
Inilah yang disebut perasaan dendam dan berkeinginan untuk membalas dengan
perasaan yang sama terhadap seseorang yang membikin ia sakit waktu itu.
Dalam
ajaran Islam, kita diharuskan untuk meniru sifat Rasulullah, bagi yang
mencintai beliau. Karena dengan meniru
dan meneladani sifat beliau manusia akan menuju pada kesempurnaan ciptaan
Tuhan. Bukan berarti proses yang beliau jalani menyenangkan untuk menjadi
manusia sempurna, tapi justru proses itu banyak kesusahan, banyak tempaan yang
musti ia jalani. Rasulullah adalah seorang nabi, utusan Allah. Seorang yang
istimewa, namun apakah Allah memanjakannya? Apakah Allah tidak memberi
kesusahan baginya? Apakah Allah selalu membuatnya hidup nyaman? Tidak. Malah
justru sebaliknya, Allah memberikannya kehidupan
sederhana, tidur dengan beralaskan tikar, makananpun belum tentu hari itu ada
yang dimakan, banyak orang yang memusuhinya diawal dakwah, semua kejadian berat
manusia ia alami, termasuk kehilangan istri, anak dan sebagainya. Semua sifat
kepedihan yang ada di dunia ini ia alami semua. Sehingga beliau bisa merasakan
penderitaan umat saat ia berada di bawah dalam kehidupan dunianya.
Itulah
suri teladan yang diutus Allah ke bumi ini untuk mengajarkan kepada manusia
bahwa dalam menjalani hidup itu harus
seperti itu. Namun kelak Allah akan
membalasnya dengan syurga. Sudah suatu
sifat manusia yang suka berkeluh kesah, banyak yang tidak tahan dengan ujian
penderitaan dunia yang ia hadapi. Sehingga banyak yang membelok dan berbalik
arah menuju jalan instan. Inilah jalan menuju ke neraka yang digambarkan Allah
dalam sebuah firman Nya.
Silakan
Allah mau memberi kita apa, sebagaimana yang Dia kehendaki asal kita masih
berada pada jalanNya, yakni jalan yang dilalui Nabi beserta sahabatnya maka
tentu kita akan lolos dari neraka. Salah satunya adalah, saat seseorang
membenci kita atau tidak menyukai kita karena suatu hal tanpa penyebab yang
jelas, atau tanpa memberitahu kita sebelumnya sehingga tahu-tahu kita didiamkan
begitu saja, lalu apa yang kita lakukan? Apakah membalasnya dengan sikap yang
sama ataukah tidak terlalu memikirkannya? Sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah bukanlah bukanlah orang yang keji dan
tidak suka berkata keji. Beliau tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Bahkan sebaliknya beliau lebih suka memaafkan dan merelakan. Ini suatu
sikap yang tidak bisa dilakukan seseorang secara instan, perlu proses untuk bisa
bersikap seperti itu. Proses belajar, memahami dan merenungkan lalu disikapi
dalam kehidupan sehari-hari. Jangan
meniru selain Nabi, salah-salah bisa taklit. Harus nabi Muhammad jangan yang
lain, ini adalah penanaman tauhid yang harus dihujamkan kepada generasi kita
selanjutnya. Jika kita lihat dengan kondisi kita saat ini mungkin kita
menganggap bahwa itu mudah dan kita bisa melakukannya, tapi dalam kondisi saat menahan
emosi dan kalap, maka itu hanya sebatas teori yang jika kita diingatkan
seseorang saat itu malah akan membenci orang yang mengingatkan, itu sifat saya.
Saya akui. Ini butuh proses, sekali lagi ini butuh proses dan banyak
perenungan.
Sedetik
demi sedetik, kita berusaha mencontoh Rasulullah. Dengan banyak berdzikir,
berusaha untuk meneladani sikap-sikap beliau dengan sungguh-sungguh, ini akan
membantu kita dalam mencapai manusia sempurna seperti beliau. Maafkan dan
relakan. Bisa?? Biarlah aku menjadi seperti Rasulullah, dimana beliau sangat
dermawan bahkan saking dermawan bagaikan angin yang berhembus. Nyah nyoh, itu kata orang jawa. Apakah
kita tidak suka dengan orang semacam itu? Beliau tidak suka menyakiti orang
dengan perkataannya, suka memaafkan dan suka merelakan, suka memberi, pokoknya
segala sikap yang diinginkan manusia ada pada Beliau sehingga membuat orang
merasa senang dan nyaman ada didekatnya. Sungguh indah pribadi Rasulullah,
mampukan kita meneladaninya? Dengan segala kepedihan kepahitan yang diderita
Rasulullah, apakah kita mampu melalui semua itu dan berhasil mencapai derajat
taqwa dan sebaik-baik manusia? Tentu ini dibutuhkan semangat yang tinggi untuk
mencapai ke arah sana.
Sudah
terjawab kan pernyataan saya di paragraf satu tersebut?? Yup. Teladani
Rasulullah dalam hal apapun.
baca juga : Perbedaan antara tua dan muda
baca juga : Perbedaan antara tua dan muda
No comments:
Post a Comment