body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

Tuesday 24 February 2015

Bagaimana sikap Bunda saat anak ngambek?

Saya mempunyai seorang anak perempuan, ia berumur 4 tahun kutang 1 bulan. Sekarang ia sedang menempuh jenjang pra TK nya disebuah sekolah gratis, maksdunya tidak ditentukan uang bulanan dan hanya bersifat sukarela. Saya merasa ingin membantu sekolah tersebut untuk mengajar, karena konon katanya kurang guru dan alhamdulillah sampai saat ini saya masih mengajar pra TK yang hanya masuk 3 kali dalam seminggu.


Sudah suatu hal yang wajar saya kira jika ada ibunya anak menjadi manja. Sebetulnya dia mampu dan pintar di dalam kelasnya, tapi karena ada ibu nya dia menjadi manja dan bertingkah aneh layaknya ingin selalu diperhatikan. Terkadang dia minta yang aneh-aneh, misalnya saatnya belajar dimulai dia ngambek minta jajan, mencari ayahnya, lalu tidak mau mewarnai dan malah buku nya di corek-corek... dan lain sebagainya. Kalau nangis dia paling kenceng sehingga mengganggu kelas lainnya. Saya berfikir, bagaimana saya menanggapi sikap demikian? banyak pemikiran yang saya pikirkan dalam menyikapi anak ketika bersikap demikian. Saya musti tahu dan memahami kondisi psikologisnya, saya tidak bisa memaksakan dia untuk bisa paham dan sesuai dengan apa yang saya inginkan. Lalu dia saya kasih pengertian berikut konsekuensi dengan cara saya sendiri sambil berjalan mengikuti proses belajar. Saya bimbing dia pelan-pelan untuk kembali mau masuk kelas. Tidak mengikuti proses belajar dulu tak apa, yang penting dia mau masuk kelas dan melihat teman-temannya yang sedang belajar dengan ibu guru.

Bagi saya, tujuan saya utama adalah membimbing anak supaya dia bisa berlatih untuk bersosialisasi dan belajar secara akademik dengan baik, kalau saya paksa maka akan jadi berabe, tentu tidak bagus buat perkembangan mentalnya dikemudian hari. Jadi ibu, bagi yang memiliki anak usia pra TK maupun TK dan baru pertama kali masuk, dia butuh adaptasi dengan banyak hal. Pertama, lingkungan, kedua teman-temannya, ketiga gurunya, keempat kebiasaan sehari-hari yang biasa ia lakukan. Ini butuh proses yang semestinya diiringi dengan kasih sayang dan pengertian, bukan dengan pemaksaan dan kekerasan. Biarkan dia memulai pengalamannya dengan keinginannya sendiri tanpa paksaan, natural. Ini akan berdampak lebih baik dikemudian hari.

Oiya Bunda, satu lagi. Ketika anak sudah mau masuk kelas, ini adalah sebuah kebaikan. Terus motivasi dia dengan pujian dan harapan untuk membesarkan hatinya. Ketika dia sudah mau memegang pencil, mau menulis atau mewarna, ini sudah sebuah kemajuan yang harus diapresiasi dengan pujian, terus didorong agar bisa ditingkatkan. Jangan dipaksa anak bisa mewarnai sesuai dengan gambar yang dicontohkan oleh ibu guru. Misalnya, ibu guru mewarnai gambar pohon dengan daun yang berwarna hijau, batang pohon dengan warna coklat, rumput dengan warna hijau dengan polesan yang rapi dan cantik. Nah, ketika mama melihat anaknya mewarnai gambarnya dengan warna-warni jangan dimarahi atau dikritik untuk memilih warna yang sama dengan gambar ibu guru, karena ini akan membunuh daya kreasi anak dan menghambat perkembangan mental anak. Biarkan dia berkreasi sesuai kemampuannya saat itu, asal ada ketentuan-ketentuan yang harus dia penuhi, semisal harus mewarnai gambarnya secara penuh dan sebagainya. perkara warna yang digunakan warna-warni tidak apa-apa. Perkara ibu guru akan memberi bintang 1 atau 2 tidak masalah, intinya anak bisa melampiaskan daya kreasinya sehingga menunjang pertumbuhan mentalnya. masalah seperti ini masih banyak yang belum dimengerti oleh para mama, yang disana... kalau yang membaca ini saya kira pintar-pintar semua, iya kan??
Oke, saya kira begitu dulu uraian dari saya, semoga bermanfaat.

Salam hangat dari saya untuk para mama cerdas Indonesia.

baca juga : Memahami anak berkebutuhan khusus

No comments:

Post a Comment