Saya mempunyai seorang anak perempuan, ia berumur 4 tahun kutang 1
bulan. Sekarang ia sedang menempuh jenjang pra TK nya disebuah sekolah
gratis, maksdunya tidak ditentukan uang bulanan dan hanya bersifat
sukarela. Saya merasa ingin membantu sekolah tersebut untuk mengajar,
karena konon katanya kurang guru dan alhamdulillah sampai saat ini saya
masih mengajar pra TK yang hanya masuk 3 kali dalam seminggu.
Sudah
suatu hal yang wajar saya kira jika ada ibunya anak menjadi manja.
Sebetulnya dia mampu dan pintar di dalam kelasnya, tapi karena ada ibu
nya dia menjadi manja dan bertingkah aneh layaknya ingin selalu
diperhatikan. Terkadang dia minta yang aneh-aneh, misalnya saatnya
belajar dimulai dia ngambek minta jajan, mencari ayahnya, lalu tidak mau
mewarnai dan malah buku nya di corek-corek... dan lain sebagainya.
Kalau nangis dia paling kenceng sehingga mengganggu kelas lainnya. Saya
berfikir, bagaimana saya menanggapi sikap demikian? banyak pemikiran
yang saya pikirkan dalam menyikapi anak ketika bersikap demikian. Saya
musti tahu dan memahami kondisi psikologisnya, saya tidak bisa
memaksakan dia untuk bisa paham dan sesuai dengan apa yang saya
inginkan. Lalu dia saya kasih pengertian berikut konsekuensi dengan cara
saya sendiri sambil berjalan mengikuti proses belajar. Saya bimbing dia
pelan-pelan untuk kembali mau masuk kelas. Tidak mengikuti proses
belajar dulu tak apa, yang penting dia mau masuk kelas dan melihat
teman-temannya yang sedang belajar dengan ibu guru.
Bagi saya,
tujuan saya utama adalah membimbing anak supaya dia bisa berlatih untuk
bersosialisasi dan belajar secara akademik dengan baik, kalau saya paksa
maka akan jadi berabe, tentu tidak bagus buat perkembangan mentalnya
dikemudian hari. Jadi ibu, bagi yang memiliki anak usia pra TK maupun TK
dan baru pertama kali masuk, dia butuh adaptasi dengan banyak hal.
Pertama, lingkungan, kedua teman-temannya, ketiga gurunya, keempat
kebiasaan sehari-hari yang biasa ia lakukan. Ini butuh proses yang
semestinya diiringi dengan kasih sayang dan pengertian, bukan dengan
pemaksaan dan kekerasan. Biarkan dia memulai pengalamannya dengan
keinginannya sendiri tanpa paksaan, natural. Ini akan berdampak lebih baik dikemudian hari.
Oiya
Bunda, satu lagi. Ketika anak sudah mau masuk kelas, ini adalah sebuah
kebaikan. Terus motivasi dia dengan pujian dan harapan untuk membesarkan
hatinya. Ketika dia sudah mau memegang pencil, mau menulis atau
mewarna, ini sudah sebuah kemajuan yang harus diapresiasi dengan pujian,
terus didorong agar bisa ditingkatkan. Jangan dipaksa anak bisa
mewarnai sesuai dengan gambar yang dicontohkan oleh ibu guru. Misalnya,
ibu guru mewarnai gambar pohon dengan daun yang berwarna hijau, batang
pohon dengan warna coklat, rumput dengan warna hijau dengan polesan yang
rapi dan cantik. Nah, ketika mama melihat anaknya mewarnai gambarnya
dengan warna-warni jangan dimarahi atau dikritik untuk memilih warna
yang sama dengan gambar ibu guru, karena ini akan membunuh daya kreasi
anak dan menghambat perkembangan mental anak. Biarkan dia berkreasi
sesuai kemampuannya saat itu, asal ada ketentuan-ketentuan yang harus
dia penuhi, semisal harus mewarnai gambarnya secara penuh dan
sebagainya. perkara warna yang digunakan warna-warni tidak apa-apa.
Perkara ibu guru akan memberi bintang 1 atau 2 tidak masalah, intinya
anak bisa melampiaskan daya kreasinya sehingga menunjang pertumbuhan
mentalnya. masalah seperti ini masih banyak yang belum dimengerti oleh
para mama, yang disana... kalau yang membaca ini saya kira pintar-pintar
semua, iya kan??
Oke, saya kira begitu dulu uraian dari saya, semoga bermanfaat.
Salam hangat dari saya untuk para mama cerdas Indonesia.
baca juga : Memahami anak berkebutuhan khusus
baca juga : Memahami anak berkebutuhan khusus
No comments:
Post a Comment