body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

Friday 13 February 2015

Istri (Ibu) Sebagai Juru Kunci Keluarga

Hai Bunda... beberapa waktu lalu saya membahas tentang peran seorang laki-laki (ayah/suami) dalam sebuah keluarga. Nah, pada kesempatan kali ini akan saya bahas mengenai peran ibu / istri dalam sebuah keluarga. Wanita adalah tiang negara (Sabda Nabi), berdasarkan teori tersebut tentulah kita tahu alasannya dong... mari kita analisa lebih dalam. Jika para wanita menjalankan perannya dengan baik maka akan berdampak baik untuk negara. Tentu jika wanita tersebut dengan sekuat tenaga berusaha menjalankan ilmu agama yang telah ia dapat. tapi sayang seribu sayang, di negara kita tercinta ini masih jauh dan semakin menjauh dari point penting ini. Dan yang bisa menjalankan teori ini adalah negara Jepang. Di negara Jepang, profesi ibu rumah tangga adalah profesi paling tinggi bagi seorang wanita dan pemerintah mendukung (mengaprsiasi) para wanita yang mendedikasikan dirinya untuk keluarganya. Ini salah satu peran wanita dalam Islam bukan? mereka lebih bisa berfikir untuk memberdayakan para wanitanya.
Pertama, sebagai wanita diperintahkan untuk menutup aurot secara rapat, kecuali muka dan telapak tangan, ia juga dilarang menampakkan perhiasan secara berlebih kecuali yang biasa nampak dari padanya, ia juga dilarang meliuk-liukkan suaranya seakan menarik kaum laki-laki untuk mendekatinya. Sewaktu masih gadis, jika ia mampu menjaga dirinya dengan mengamalkan sesuai dengan tuntunan agama, sudah bisa dipastikan tidak ada kekacauan yang ditimbulkan, seperti pemerkosaan, perkelahian antar laki-laki gara-gara wanita, hingga terjadi pembunuhan dan menimbulkan korban. Saya kira ini disebabkan karena para gadis (wanita) tidak mengamalkan ilmu agama yang senantiasa menjaganya dari bahaya yang mengancam. Karena sudah dijelaskan secara nyata bahwa jika kita para wanita memakai jilbab (bukan jilbab gaul lho ya) maka ia akan aman (terjaga) dan mudah dikenali bahwa ia sebagai seorang muslim. Jika para wanita bisa menjaga aurotnya, insyaAllah negara ini akan lebih baik dan jauh dari kerusakan. Itu waktu masih belum bersuami.

Ketika seorang gadis sudah dipersunting oleh seorang pemuda, maka kewajibannya semakin bertambah. Penjagaan dirinya semakin diperketat, hanya untuk suaminya saja. Pertama, peran sebagai seorang istri. Disebutkan oleh Rasulullah ciri wanita (istri) yang baik. Jika dipandang menyenangkan, jika diperintah taat, dan jika ditinggal suaminya ia menjaga diri dan harta suaminya dan yang terakhir tentu saja menggairahkan bagi suaminya. Jika para wanita bersikap setia terhadap suaminya sekalipun suaminya banyak kekurangan maka dipastikan tidak ada perselingkuhan sehingga kekacauan bisa diminimalisir. Itu yang pertama, setia dengan suaminya.

baca juga : Kapan istri bisa masuk syurga

Yang selanjutnya adalah menjadi istri yang produktif. Disebut istri produktif karena ia bisa memerankan tugas-tugasnya sebagai seorang istri dengan baik. Bukan istri yang bisa menghasilkan duit saja yang disebut istri produktiif, tapi lebih universal dan lebih dari sekadar duit. Ia mampu memerankan sebagai seorang istri dengan maksimal sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. Ia bisa mengatur waktu antara suami, anak dan mengurus rumah. Kapan waktu memasak, kapan waktu mencuci, kapan mengajari anak dengan target-target yang sudah ditentukan, kapan melayani suami (dengan dandanan yang menggoda tentunya). Ini akan terhitung pahala disisi Allah lho Bun...

Keberhasilan sebuah keluarga bisa terlihat dari istrinya, ia lah juru kunci di setiap keluarga. Memberikan sesuatu yang bisa memberi kesan baik pada suami sehingga suami mempunyai kesan baik dimata teman-temannya, mendukung perjuangan suami, dan tidak lupa mengingatkannya untuk selalu senantiasa dalam kebaikan juga merupakan peran seorang istri. Anak yang taat karena dimulai dari seorang istri yang taat pada suaminya, sudah bisa dipastikan jika istrinya berani dan tidak taat pada suaminya maka anak-anaknya pun akan mencontohnya. Ini sudah hukum sebab akibat. Tidak perlu pendidikan tinggi untuk menjadikan anak-anakya menjadi anak yang sholeh dan taat, cukup terapkan hukum itu saja. Tentu saja teori ini berlaku hanya selama dalam kebaikan. Jika suami menyuruhnya dalam kejahatan/ keburukan istri tidak perlu melakukannya. Taat selama dalam kebaikan saja. Intinya tujuan seorang ibu / istri adalah menjadikan semua anggota keluarganya menjadi sebaik-baik manusia. Itu saja. 

Oke Bunda... sudah siapkah kita? hehe tentu saja termasuk saya juga. Mari kita bersama-sama menjadikan diri kita lebih berkwalitas yang ditunjukkan dengan mampu menyelesaikan tugas-tugas kita dengan baik dan tentu mendapat nilai plus dari kemampuan yang kita miliki.

baca juga : Corak dan warna keluarga

No comments:

Post a Comment