Ada begitu banyak permasalahan yang kita hadapi selama
hidup. Kesalahan-kesalahan itu terkadang membuat kita merasa berbeda. Berawal
dari sebuah kesalahan ada yang menumbuhkan semangat pada diri seseorang untuk
berbuat lebih baik lagi, namun disisi lain juga ada yang memunculkan sikap
pesimistis yang berujung pada keputusasaan.
Dari sebuah masalah pula, terkadang seseorang terjebak dalam sebuah
persoalan yang sangat menentukan. Saya, sebagai seorang muslim yang percaya
adanya Allah dan RosulNya, kitabNya, malaikatNya, Hari kiamat dan kehidupan
setelahnya,
takdir berikut ketentuanNya secara otomatis mempengaruhi sikap saya
dalam keseharian. Semua sikap aktivitas
kita tentu berbeda jauh dari orang yang tidak punya keyakinan terhadap itu.
Mulai dari tata lahir yang bisa menerjemahkan cerminan dalam hati saat
melakukan sesuatu sampai niat yang terbersit dalam hati. Jika didasari dengan ikhlas dalam melakukan aktivitas
karena mengingat kepercayaan yang diyakini tersebut diatas, maka apa yang kita
lakukan terntu lebih sungguh-sunguh karena kita yakin bahwa ada pahala dan
dosa yang pada akhirnya keduanya itu menentukan keberadaan kita di kehidupan
selanjutnya, kehidupan setelah kematian.
Ada sebuah kasus yang mungkin bisa menjadi gambaran kita
untuk lebih berhati-hati dalam
menentukan sikap demi keyakinan yang kita percayai. Ada seorang gadis
yang beranjak dewasa. Umumnya, gadis belia mulai mencoba-coba untuk dekat dengan lawan jenis, karena memang masa-masa itu rawan bagi seseorang. Ia
sedang mengalami masa pubertas dimana rasa suka terhadap lawan jenis begitu
indah ia rasakan. Baru pertama kali merasakan rasa cinta dan butuh "sentuhan"
dari orang yang ada diluar keluarga. Namun saat itu mentalnya belum cukup mampu
menghadapi, pikirannya belum matang dalam memikirkan situasi harus seperti apa
menghadapi masalah yang melanda dirinya saat ini. Lantas bertindaklah ia sesuai
dengan yang ia pikirkan waktu itu. Kendali sudah melemah dan orang tua pun
memberikan kebebasan pada si gadis untuk melakukan hal yang dia inginkan. Orang
tua mendidiknya seperti pada umumnya masyarakat lain, yang membiarkan anak
gadisnya dibawa kesana-kesini oleh banyak laki-laki. Mungin dalam hati orang
tuanya merasa bangga bahwa anak gadisnya laku keras di pasaran. Banyak yang ingin
mencoba "barang dagangan" itu hingga akhirnya tak berbentuk lagi.
Kejadian itu menimbulkan rasa sesal yang begitu dalam
terhadap orang tua dan keluarga yang lainnya. Anak gadis itu tidak pulang
sehari semalam. Ketika orang tua nya menghubungi katanya sebentar lagi.
Akhirnya dengan penuh kecemasan menunggu sampai pagi tidak kunjung pulang, orang tuanya mencari ke
rumah teman laki-laki yang membawa gadis itu. Tidak ketemu, dan nomor hp nya tidak aktif. Bingung keluarganya mencari kemana-mana. Akhirnya lapor kepada polisi. Setelah melakukan pencarian, usut punya usut
si gadis itu ditemukan di daerah yang jauh dari tempat tinggalnya dalam kondisi perut menggembung dan sudah
tidak berwujud. Banyak luka bacok di sekujur tubuh si gadis itu hingga sudah tidak
dikenali lagi parasnya yang katanya cantik. Apa yang akan diperbuat keluarga jika
menemukan anaknya dalam kondisi demikian. Anak gadis yang di gadang-gadang laku
30 juta malah berakhir pada kubangan selokan yang terlindung semak-semak
belukar. Gadis cantik yang seharusnya mendapat perlakukan yang sopan dan baik
malah ditaruh pada comberan tanah gambut yang berbau. Terus apa yang bisa
di banggakan dari orang – orang yang bersangkutan? Siapa yang menjadi sorotan
dalam hal ini? Orang tua. Bagaimana cara dia mendidiknya, bagaimana ia
menanamkan keyakinan terhadap putrinya dan bagaimana dia harus
mempertanggungjwabkan pada Tuhan atas amanah yang telah diberikan kepadanya?
Inilah salah satu fenomena kehidupan manusia yang terjebak
dalam sebuah masalah. Jika kita melihat dari kacamata Islam. Apakah ia akan
dimasukkan ke syurga? Sedang Allah sendiri sudah menentukan yang akan
dimasukkan syurga adalah orang yang berat timbangan amal kebaikannya. Sedang
orang bisa mendapatkan amal kebaikan (pahala) jika dia berbuat sesuatu ikhlas
karena Allah, ia baru bisa mendapat pahala. Berbuat amal kebaikan jika
niatnya tidak ikhlas karena Allah maka juga akan sama saja, tidak mendapat
pahala sehingga ujung-ujungnya masuk ke neraka. Coba kalau wujud dari pahala
dan dosa seperti rekening kita, tentu kita bisa bersikap lebih hati-hati. Namun
sistem yang dibuat Allah begitu sempurna dan adil. Allah menyembunyikan semua itu dari kita, yang kita sangka dapat pahala ternyata
malah dapat dosa sedang kita merasa yakin akan hal itu. Bagaimana nanti nasib kita di akhirat?
Semua amal perbuatan kita akan ditampakkan, maka perlunya belajar agama secara
benar yang bersumber dari Al-qur’an dan sunnah.
Pengendalian sikap juga sangatlah penting. Sikap akan muncul
karena kebiasaan kita, karena kebiasaan yang selalu mengedepankan
hawa nafsu dan kurang sabar dalam menerima kekurangan dari orang lain atau
lingkungan, sehingga terwujudlah sikap suka marah-marah. Banyak cacian yang akan ia ungkapkan kala melihat sesuatu yang tidak
sesuai dengan apa yang ia inginkan. Tahan dan pikirkan, bahwa segala sesuatu
Allah yang menentukan. Semua akan ada pahala dan dosa di sisi Allah. Semoga
kebenaran selalu membimbing kita, sehingga kita bisa hidup bahagia karena rahmatNya.
Semoga ini semua menjadikan kita lebih bisa berhati-hati dalam bersikap dan
bertutur kata. Tahu mana perintah mana
larangan dan tentunya bisa mengamalkan tidak
hanya sekadar omong kosong belaka.
Sekian dulu tulisan yang saya buat, semoga ini bermanfaat
utamanya untuk diri saya pribadi dan para pembaca pada umumnya. Salam sukses
dari saya untuk yang mau berusaha.
baca juga : Memahami untuk memaklumi
baca juga : Memahami untuk memaklumi
No comments:
Post a Comment