body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

Sunday 5 April 2015

Terjebak Dalam Masalah Dunia

Ada begitu banyak permasalahan yang kita hadapi selama hidup. Kesalahan-kesalahan itu terkadang membuat kita merasa berbeda. Berawal dari sebuah kesalahan ada yang menumbuhkan semangat pada diri seseorang untuk berbuat lebih baik lagi, namun disisi lain juga ada yang memunculkan sikap pesimistis yang berujung pada keputusasaan.  Dari sebuah masalah pula, terkadang seseorang terjebak dalam sebuah persoalan yang sangat menentukan. Saya, sebagai seorang muslim yang percaya adanya Allah dan RosulNya, kitabNya, malaikatNya, Hari kiamat dan kehidupan setelahnya,
takdir berikut ketentuanNya secara otomatis mempengaruhi sikap saya dalam keseharian.  Semua sikap aktivitas kita tentu berbeda jauh dari orang yang tidak punya keyakinan terhadap itu. Mulai dari tata lahir yang bisa menerjemahkan cerminan dalam hati saat melakukan sesuatu sampai niat yang terbersit dalam hati. Jika didasari dengan ikhlas dalam melakukan aktivitas karena mengingat kepercayaan yang diyakini tersebut diatas, maka apa yang kita lakukan terntu lebih sungguh-sunguh karena kita yakin bahwa ada pahala dan dosa yang pada akhirnya keduanya itu menentukan keberadaan kita di kehidupan selanjutnya, kehidupan setelah kematian.

Ada sebuah kasus yang mungkin bisa menjadi gambaran kita untuk lebih berhati-hati dalam  menentukan sikap demi keyakinan yang kita percayai. Ada seorang gadis yang beranjak dewasa. Umumnya, gadis belia mulai mencoba-coba untuk dekat dengan lawan jenis, karena memang masa-masa itu rawan bagi seseorang. Ia sedang mengalami masa pubertas dimana rasa suka terhadap lawan jenis begitu indah ia rasakan. Baru pertama kali merasakan rasa cinta dan butuh "sentuhan" dari orang yang ada diluar keluarga. Namun saat itu mentalnya belum cukup mampu menghadapi, pikirannya belum matang dalam memikirkan situasi harus seperti apa menghadapi masalah yang melanda dirinya saat ini. Lantas bertindaklah ia sesuai dengan yang ia pikirkan waktu itu. Kendali sudah melemah dan orang tua pun memberikan kebebasan pada si gadis untuk melakukan hal yang dia inginkan. Orang tua mendidiknya seperti pada umumnya masyarakat lain, yang membiarkan anak gadisnya dibawa kesana-kesini oleh banyak laki-laki. Mungin dalam hati orang tuanya merasa bangga bahwa anak gadisnya laku keras di pasaran. Banyak yang ingin mencoba "barang dagangan" itu hingga akhirnya tak berbentuk lagi.

Kejadian itu menimbulkan rasa sesal yang begitu dalam terhadap orang tua dan keluarga yang lainnya. Anak gadis itu tidak pulang sehari semalam. Ketika orang tua nya menghubungi katanya sebentar lagi. Akhirnya dengan penuh kecemasan menunggu sampai pagi tidak kunjung pulang, orang tuanya mencari ke rumah teman laki-laki yang membawa gadis itu. Tidak ketemu, dan nomor hp  nya tidak aktif.  Bingung keluarganya mencari kemana-mana. Akhirnya lapor kepada polisi. Setelah melakukan pencarian, usut punya usut si gadis itu ditemukan di daerah yang jauh dari tempat tinggalnya dalam kondisi perut menggembung dan sudah tidak berwujud. Banyak luka bacok di sekujur tubuh si gadis itu hingga sudah tidak dikenali lagi parasnya yang katanya cantik. Apa yang akan diperbuat keluarga jika menemukan anaknya dalam kondisi demikian. Anak gadis yang di gadang-gadang laku 30 juta malah berakhir pada kubangan selokan yang terlindung semak-semak belukar. Gadis cantik yang seharusnya mendapat perlakukan yang sopan dan baik malah ditaruh pada comberan tanah gambut yang berbau. Terus apa yang bisa di banggakan dari orang – orang yang bersangkutan? Siapa yang menjadi sorotan dalam hal ini? Orang tua. Bagaimana cara dia mendidiknya, bagaimana ia menanamkan keyakinan terhadap putrinya dan bagaimana dia harus mempertanggungjwabkan pada Tuhan atas amanah yang telah diberikan kepadanya?

Inilah salah satu fenomena kehidupan manusia yang terjebak dalam sebuah masalah. Jika kita melihat dari kacamata Islam. Apakah ia akan dimasukkan ke syurga? Sedang Allah sendiri sudah menentukan yang akan dimasukkan syurga adalah orang yang berat timbangan amal kebaikannya. Sedang orang bisa mendapatkan amal kebaikan (pahala) jika dia berbuat sesuatu ikhlas karena Allah, ia baru bisa mendapat pahala. Berbuat amal kebaikan jika niatnya tidak ikhlas karena Allah maka juga akan sama saja, tidak mendapat pahala sehingga ujung-ujungnya masuk ke neraka. Coba kalau wujud dari pahala dan dosa seperti rekening kita, tentu kita bisa bersikap lebih hati-hati. Namun sistem yang dibuat Allah begitu sempurna dan adil. Allah menyembunyikan semua itu dari kita, yang kita sangka dapat pahala ternyata malah dapat dosa sedang kita merasa yakin akan hal itu. Bagaimana nanti nasib kita di akhirat? Semua amal perbuatan kita akan ditampakkan, maka perlunya belajar agama secara benar yang bersumber dari Al-qur’an dan sunnah.

Pengendalian sikap juga sangatlah penting. Sikap akan muncul karena kebiasaan kita, karena kebiasaan yang selalu mengedepankan hawa nafsu dan kurang sabar dalam menerima kekurangan dari orang lain atau lingkungan, sehingga terwujudlah sikap suka marah-marah. Banyak cacian yang akan ia ungkapkan kala melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Tahan dan pikirkan, bahwa segala sesuatu Allah yang menentukan. Semua akan ada pahala dan dosa di sisi Allah. Semoga kebenaran selalu membimbing kita, sehingga kita bisa hidup bahagia karena rahmatNya. Semoga ini semua menjadikan kita lebih bisa berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata.  Tahu mana perintah mana larangan dan tentunya bisa mengamalkan tidak  hanya sekadar omong kosong belaka.

Sekian dulu tulisan yang saya buat, semoga ini bermanfaat utamanya untuk diri saya pribadi dan para pembaca pada umumnya. Salam sukses dari saya untuk yang mau berusaha.

baca juga : Memahami untuk memaklumi

No comments:

Post a Comment